Diacara akhir tahun ada sebuah kebiasaan yang saya lakukan selama ini , yaitu mereview performa tahun berjalan. Dan melakukan strategi tahun di hadapan. Hal itu menjadi rutinitas yang di tahun ini saya merasa harus ada yang baru nih. Ada baiknya saya meluangkan waktu dengan pakarnya.
Bagi saya pakar tersebut harus lah orang yang jauh lebih pengalaman dari saya. harus lebih pintar dari saya. harus lebih membuktikan daripada saya. dan hal itu banyak. Banyak orang yang di atas saya walau usia terkadang lebih muda dari saya. namun saya ngak perduli, kalau belajar saya taat kepada siapa saja yang telah membuktikan, proven methods by the person. Metode terbukti oleh pengalam orang tersebut. Tidak pandang usia, pendidikan atau status. Saya akan taklit belajar.
Dihadapan saya saat ini adalah CEO muda dari perusahaan internasional. Jarang loh perusahaan internasional yang ternama di sebuah indoensia memberikan jabatan CEO atau country manajer kepada local, pribumi. Bisa di hitung jari.
Dan ketika anda bersama orang-orang high caliber seperti ini, anda akan merasakan getaran berbeda. Semangat antusiame yang berbeda, cara pandang dan isi kata bicara yang berbeda. Itu yang saya butuhkan.
Secara fisik mobilitas sang CEO adalah berkursi roda namun secara pkiran rasanya kapasitanya 2 kali orang kebanyakan. Saya sangat membutuhkan sisi kekuatan dari nya terutama masalah target tahun depan.
Saya buka dengan pertanyaan, anak buah seperti apa idaman anda mas?
Dia menjawab, ada banyak type anak buah dan yang saya paling suka adalah mereka yang mempunyai prinsip dan berani “stand up ” pada prinsipnya. Berani mengungkapan ke atasan dan berani menanggung resiko kalau salah.
Wah, itu jarang mas, saya menjawab cepat
Benar, itu juga yang menjadi alas an banyak perusahaan asing di Indonesia ragu dalam mengangkat leader orang Indonesia.
Kenapa gitu mas? Saya bertanya
Ini pertanyaan saya di perusahaan saya dulu kepada atasan saya di kantor pusat. Dan pendapat orang di kantor pusat jawabanya adalah, jarang sekali follower (bawahan) di kita ini mas yang berani berpendapat. Kebanyakan yes sir, yes mam. Kalaupun berpendapat , informasi yang mereka berikan sangat dangkal. Itu menunjukan mereka tidak cukup “belajar” atau tidak mencari data lebih lengkap lagi.
Curiosity keingintahuan membawa ke kreatifan. Kreatif membawa solusi. Curiosity adalah pergolakan dalam pikiran atas masalah yang terjadi. Masalah di baca dalam diri seseroang karena perduli. Empaty adalah awal problem solver.
Kurang empati kurang perduli
Kurang perduli tidak kontemplasi
Tidak kontemplasi tidak ada keingintahuan
Tidak ingin tahu tidak kreatif
Kurang perduli tidak kontemplasi
Tidak kontemplasi tidak ada keingintahuan
Tidak ingin tahu tidak kreatif
Inilah yang menjadi penghalang karir seseorang tidak sampai puncak, sebagai leader karena masalah mendasar ini. Dan hal ini bukan hal yang di dapat di kuliah atau bangku sekolah. Hal ini adalah private victory kemenangan pribadi setiap individu yang ingin maju.
Hubungan sama anak buah yang baik jadi apa mas? Saya berusaha mencerna bahasa tinggi yang di sampaikanya ini.
Begini mas, di jawabnya. Good doer atau pelaksana pekerjaan yang baik belum tentu good follower. Dan good follower pasti good leader.
Wah saya bingung mas? Saya berusaha mencerna bahan baru lagi
Begini deh, saya bicara pakai bahasa mas wowiek yang penggemar psikology terapan. Tahu Rosenthal effect?
Iya tahu, tentang ekspektasi tinggi atau pengaharapan tinggi, saya pun menjawab sambil mengingat-ingat pelajaran kampus di dunia psikologi social Robert Rosenthal yang nyaris hilang dalam pikiran saya kalau tidak di looping barusan.
Apa yang mas inget? Tanyanya lagi
Rosenthal buat study di 3 kelas yang diajarkan olehnya, kata saya memulai cerita yang saya tahu dan mudah-mudahan itu yang dia maksud.
Kelas pertama dikatakan di awal semester bahwa mereka orang pilihan. Mereka orang yang telah di seleksi dan terbaik. Biasanya prestasi tahun-tahun sebelumnya kela sini selalu mendapt A nilainya.
Di kelas satunya Rosenthal mengatakan inilah kelas yang tersisa dari kelas terbaik. Kelas ini adalah kelas yang rata-rata. Kemudian di kelas terakhir Rosenthal tidak mengatakan apapun.
Padahal ketiga kelas tersebut berisi orang yang sama dan dipilih secara acak. Pelajaran semesteran berjalan sama dan ujian pun isinya sama. Namun sepanjang semester Rosenthal selalu mengulangi siapa mereka dan hanya kelas pertama dan kedua di berikan ekspektasi.
Hasil di ujung semester bisa di duga. Kelas pertama semuanya nilai A, kelas berikutnya hanya rata-rata dan kelas terakhir banyak yang F atau gagal. Demikian saya menceritakan ulang sedikit Rosenthal effek.
Benar mas. Itu yang saya maksud. Nah, good doer, kalau di kasih 100% target biasanya mencapai 80% atau 100% target. Namun good doer jika di kasih 120% target biasanya tidak tercapai karena mereka menganggap diri mereka hanya “pelaksana”.
Good follower jika diberikan 150% bisa mencapainya. Karena mereka saya berikan rosentahal efek seperti dikelas pertama Robert Rosenthal.
Saya heran : kenapa ngak good doer di berikan rosenthal efek pertama juga? Saya masih belum bisa faham
Begini mas, saya membedakan good doer dengan good follower itu begini..namun sebelumnya saya mau nanya mas wowiek, menurut mas rosenthal effect bisa berlaku sebaliknya ngak?
Maksudnya? Saya bertanya karena ngak faham
Kalau anak buah di kasih pengharap tinggi high expectation dan dikatakan mereka orang pilihan hasilnya excellent. Apakah kalau atasan di berikan pengharapan tinggi oleh bawahan hasilnya sama, akan excellent juga?
Saya terdiam, ini kasus menarik dan tidak bisa di jawab dengan asumsi harus pakai empiris, harus pakai study harus pakai eksperimen. Menarik! Itu berulang kali di pikiran saya, ini bisa tesis doctoral. Apakah Rosenthal effect bisa berlaku vice versa sebaliknya atau malah tidak jalan?
Saya geleng-geleng kepala. Saya tidak bisa tahu, itu jawaban saya.
Dijawab olehnya, mas..rosenthal effect ketika di balik hasilnya dua tiga kali lipat lebih efektif lagi. Anak buah menyemangati dan memberikan ekspektasi tinggi ke atasan . dan bagi saya itulah good follower. Kalau good doer, mereka harus kita Rosenthal khan. Kalau good follower mereka kita rosenthalkan dan mereka memberikan ke kita Rosenthal effect balik.
Saya mencerna semua diskusi pagi ini sambil mengunyah sarapan pagi dan secangkir teh hangat. Ditambah rosenthal effek! Inilah sarapan pagi yang bergizi bagi saya. saya akan ceritakan high ekspektasi ini kepada semua follower subordinate saya dan saya lihat adakah yang memberikan balik Rosenthal effect ke saya? sehingga saya tahu bahwa saya sudah memiliki leader? Semoga.. # may peace be upon us
Cinta Itu Sederhana. Jika Kamu Tak Bisa Membuatnya TERTAWA, Cukuplah Untuk Tidak Membuatnya TERLUKA
4/
5
Oleh
Mardigu Wowiek Prasantyo