Saya mengambil posisi berdiri diam, setelah saya perlahan meletakan double stick di meja. Dilanjutkan oleh edy berkata dengan nada kesal : loe di bantu tinggal disini bukan berarti loe bisa merusak barang milik orang tau ngak loe!. Yang loe pecahin itu pemberian bokap gue. Itu kenang-kenangan yang selalu gue taruh dekat tempat tidur. Itu hanya gelas bagi banyak orang tapi itu gelas pemberian almarhum bokap gue.
Ngak ada yang tahu ikatan emosi yang gue punya disaat dia berpulang meninggal 4 tahun yang lalu. Dimasa SMA gue. Dimana kehadiran seorang ayah gue butuhkan banget. Dia selalu ada disamping gue dan dia hilang disaat gue lagi butuh dia. Tuhan ambil dia disaat gue butuh sandaran.
Edy bicara dengan nada bergetar, suaranya menjadi parau, menahan tangis di gabung kekesalan memuncak di hatinya.
Saya serba salah, dan salah besar. Saya menundukan kepala.
Loe kata dengan diam masalah selesai? Edy melanjutkan
Dimana hati loe heh!..waktu SMA gue melakukan hal yang sangat buruk, gue mencoba-coba narkoba, gele, ganja, gue kecanduan. Tapi bokap gue 24 jam ada di samping gue tidak menyalahkan gue dan menjadi shoulder to cry gue.
Keluarga gue keluarga biasa aja, gue pakai narkoba bukan marah sama orang tua, gue yang ngak tau diri. Coba-coba, jadi kecanduan. Tapi bokap gue selalu mendukung dnegan tiap hari bersama. Olah raga, main, diskusi, apa saja, banyak yang gue ngak bisa ceritakan. Dia terus menyemangati gue. Dipuncak ketika gue masih dalam proses penyembuhan, bokap kasih gelas itu..gelas kehidupan semacam trophy piala pengingat bagi gue.
Gelas itu sama bokap di isi air. Lalu bokap ambil pisau. Dia belah air itu dengan pisau. Air itu tidak bisa terbelah, menyatu kembali. Bokap gue bilang : anakku edy, hatimu ibarat gelas cawan ini. Isilah dengan air cinta. Air tidak akan bisa terbelah, tidak bisa terluka. Setiap goresan yang dilakukan dia menutup kembali.
Dia contohkan dengan memotong air dengan pisau tadi..air menyatu kembali. Edy berhenti sejenak dan dia terisak..dan loe pecahin barang yang bokap gue kasih sebagai pengingat gue akan dia dan pelajaran cinta yang dia berikan.
Hati gue hancur wiek! tapi gue harus memaafkan eluh..tapi bagi gue loe keterlaluan, bener-bener ceroboh. Elu bisa ngak ngebayangin dimana loe memiliki sesuatu yang sangat berarti dan harus hilang! , in deed sangat berartti. Bokap gue adalah teman gue dikala duka, dikala kesalahan menumpuk gue lakukan dia tetap di samping gue. Tanpa menyalahkan. Gue terpuruk dia disana. He is my best friend,loe tahukhan? Friend in deed is a friend in deep
My dad is a friend in deed…kemudian dia menangis tersengguk sengguk. Gila luh ya wiek..hati gue hancur banget wiek..kemudian dia duduk di sofa dengan bantal menutup wajahnya.
Saya juga ikut menitik air mata, perasaan bersalah, bingung, galau bercampur aduk. Kemudian saya berjongkok di kakinya, ed, sorry ed..gw ngak nyangka hal tadi yang gw lakukan salah dan berarti banget buat luh dan buat semua nya. Saya harus apa ed supaya bisa ngantiin semua ini. Gue siap ed, gue salah dan minta maaf dan memohon ikhlas lu.
Suasana ruangan hening kecuali suara tangis edy yang masih tersengguk. Sambil berkata, bapak, edy kangen pak. Pak maaf ya, gelasnya pecah pak, edy ngak bisa jaga amanah pak!..
Saya bingung harus melakukan apa berikutnya karena edy tidak merespon apapun dari perkataan saya tadi. Saya menatap sekitar, dino masih berdiri diam dengan tangan tetap melingkar bersilang didada namun kepalanya tertunduk dalam. Mas arman ambil posisi duduk di ujung sandaran tangan sofa, juga dengan tangan bersila dan menunduk. Agaknya keduanya menghargai posisi edy yang lagi gundah. Diam memang posisi terbaik. Saya pun hening di bawah bersila.
Edy bergerak perlahan menyandarkan dirinya kesofa dan menurunkan bantal menutup mukanya untuk mengambil nafas, wajahnya menatap ke atas kesuatu tujuan. Saya melirik kearah mana matanya menatap. Ternyata dia menatap ke foto di dinding. Foto dirinya dan ayahnya yang sedang berdua.
Sehabis berolah raga. Edy di kiri, ayahnya dikanan. Tangan kanan edy di pundak ayahnya, tangan kiri ayahnya di pundak edy, senyum cerita tersungging di kedua foto tersebut. Dan di tangan kanan edy ada gelas kaca yang saya siang tadi pecahkan!
Dia menatap foto tersebut dan berkata, gue inget pesen bokap selanjutnya, dan selalu gue inget : anakku edy, air selalu mencari jalan kearah yang mudah di lalui dan selalu memcari kerendahan. Begitujuga hati mu, semakin rendah semaikin mencari kerendahan. Jadilah orang yang selalu merendah.
Air juga selalu mengikuti bentuk ruang. Dia flksible. Kamu dalam hidup dimanapun ikuti filosofi air ya nak. Ikuti bentuk dimana kamu bisa hidup. Yang cocok, itu yang survive. Air selalu bisa mencocokan diri.
Air juga selalu menukan jalan keluar tanpa melawan arus. Jaga air cinta di cawan hatimua ya nak..kemudian kembali edy menangis dengan menatap ke foto
tersebut..pak, edy ngak amanah ngak bisa memelihara kenangan bapak wujudnya, gelasnya pak. Maafin edy pak!
Kesegukan edy perlahan berkurang, namun semua memilih diam.
Ed, saya membuka keheningan, boleh gue minta maaf ya. Edy mengguk pelan. Lalu saya menyalaminya yang di sentuh ringan saja olehnya. Saya lalu ke kerankang sampah dan mengumpulkan pecahan beling gelas tadi.
Mau ngapain luh wiek? Edy bertanya
Mau saya coba sambung dengan lem ed, siapa tahu bisa balik lagi. Walau ada sambungan pecahan gelasnya walaupun ngak hilang. Tapi ini secara simbolik bisa utuh lagi, setidaknya bisa jadi pajangan.
Ngak perlu wiek, semua sudah lewat, semua sudah terjadi, gue yang harus memberi makna atas apa yang terjadi. Kenapa terjadi. Sementara untuk perilaku luh, ya loe juga lah yangmennaggung akibatnya. Lu menimbulkkan ketidak nyamanan, lu yang merasakan juga akibatnya. Edy berkata sambil mengambil tissue di meja.
Suasana pun mulai ada perubahan. Arman bergerak ke kulkas dan hendak mengambil minuman..eh, jeruk minuman gue siapa yang minum?
Saya mas. Saya jawab cepat
Dia berbalik menatap saya, terus lu ngak ganti?
Saya gelagepan. Maaf mas, saya ganti nanti ke warung depan ya ..
Jangan gitu dong, kalau lu melakukan sesuatu ya boleh saja tadi dino bilang tapi bukan berarti di habisin dan ngak di ganti. Kita di sini hidup bareng, berbagi itu biasa..bukan ngabisin, bukan satu sisi doang yang enak. Luh enak, yang lain rugi. Berbagi itu ya berbagi. Share
Saya masih setengah berdiri di dekat dust bin tempat sampah mencoba mengumpulkan pecahan gelas tadi karena saya tetap berniat menyambungkan kembali. Dan saya sudah di smash lagi dengan perkataan mas Arman akan egoisannya saya dengan menenggak habis minuman jus jeruk miliknya. # The Saga Continue
Cerita Pagi Mardigu Wowiek (VI)
4/
5
Oleh
Mardigu Wowiek Prasantyo