Cerita Pagi Mardigu Wowiek (V)

Wah, saya guilty sekali, saya merasa bersalah sekali. Eh loe tahu, ini disini hal-hal yang pribadi sangat di nomor satukan haknya. Suara loe nyanyi mengganggu mereka dan bisa-bisa dipanggil polisi kita karena mengganggu privasi orang.

Waduh maaf mas dino, saya ngak nyangka kalau ternyata suara saya kemana-mana. Maaf ya..sambil berbicara mata saya menyapu sisi lain ruang dimana sekilas tertangkap ekspresi wajah arman dan edi memberikan nada sama, tidak suka dengan perbuatan saya. aduh, saya menyesal sekali. Telah membuat seseorang yang membantu saya dirugikan. Saya menyesal tapi nasi telah menjadi bubur.

Nguing…tok tok tok. Ketokan keras seseorang di pintu basement kami di ketuk., di luar Nampak kilatan warna biru merah berkelap kelip keseantero sisi halaman belakang yang terlihat melalui kaca. Wah…polisi din, suara edy meningggi.

Dan saya pun panic. Wajah ketiganya menatap saya. asli guratan wajah mereka menjadi tegang dan memerah marah dengan mata tajam menatap saya. walau tak terucap namun pisau sayatan tatapan tajam tersebut cukup menancap di hati saya..gara-gara loe nih dasar orang kampung. Bikin susah orang ajah!

Tok tok tok…nada suara ketokan mengeras.

Coming!, arman menyawab sambil jalan kedepan.

Dia membuka grendel pintu dan wajah 2 polisi terlihat jelas sambil berkata : we have a complain that you guys make party and disturbing neighbor with loud noices. Ada seseroang melaporkan bahwa kami sedang berpesta menggunakan suara keras yang mengganggu tetangga.


Arman dengan santun menjawab, oh no sir..we have visitors, our relative from our back home Indonesia. He got excited and sing a song while taking a shower in bathroom. No party here what so ever, on behalf of my family, we do sorry. Tomorrow we will ask for the apologize to our neighbor ..mas arman dengan santun mengatakan ada saudaranya dari kampung yang kegirangan lupa diri nyanyi sambil mandi. Dia atas nama keluarga menyatakan permintaan maaf.

Huih, saya sekali lagi dilindungi oleh orang lain yang baru saya kenal yang menganggapnya “saudara” dan “keluarga” dimana dia mengambil tomgkat komando dengan mengaku salah dan bertanggung jawab. Aduh biung!! saya baru datang sudah merepotkan plus saya dua kali diselamatkan, semua dalam kurun waktu kurang dari 3 jam!..betapa bodohnya orang seperti saya ini. Betapa rendahnya orang seperti saya ini, ngak tau di untung. Dan sungguh, saya meyesal sekali.

Setelah polisi pamit dan pergi, mas arman membalik badan ke saya dan berkata..loe tidur sana. It’s too much for one today! Hari yang keterlaluan. Wajahnya datar dan nada sinisnya sangat mengiris hati saya dan saya terpaksa menerimanya, memang saya salah.

Badan saya rebahkan ketempat sofa, namun mata saya tak kunjung tidur. Saya merasa dan menganggap diri saya hina sekali. Menyusahkan orang yang membantu saya. bener-benar bodoh.

Saya hanya rebahan di sofa, badan lelah dan mengantuk namun tubuh saya menolak untuk tidur hingga matahari jam 5 tinggi sekali, karena ini adalah awal bulan mei, awal musim summer. Matahari di Negara 4 musim agak panjang waktunya di musim semi. Jam 5 pagi pun mata hari sudah tinggi posisinya. Apa lagi jam yang saya lirik terus menit per menitnya hingga menunjukkan pukul 8 saya belum tidur.

Sesaat kemudian edy bangun dengan tergesa-gesa dan langsung menuju kamar mandi. Saya pun membangunkan posisi tidur saya menjadi duduk dimana edy sempat menyapa sambil memberikan sedikit info. Wah, gw bisa telat nih..ada kelas jam 9.

Mendengar edy bangun maka mas dino dan mas arman bangun. 

Loe kelas jam berapa din? Arman menyapa..jam 10 di jawab mas dino. Eh..gw ikut loe ya. Mereka pun bersegera merapihkan buku, baju dan hal-hal kegiatan sekolah. Mas dino menyapa saya, loe ngak tidur wiek?

Ngak bisa mas? Saya menjawab sambil membereskan sofa bed.

Loe jetleg kali ya..eh, loe bisa masak? Tanya mas dino

Ngak mas, saya ngak bisa masak. Kenapa mas? Saya bertanya karena pertanyaan tersebut pertanyaan baru buat cowo seperti saya untuk masak.

Disini loe harus survive khan, makanya loe belajar masak. Kita semua berangkat ke kampus, loe ngak ada makanan. Loe bisa masak maka loe masak aja masakan di kulkas, kalo ngak bisa masak di depan apartemen ini ada toko kelontong kecil punya orang Vietnam, loe kesana ajah cari makanan. Mungkin ada sesuatu yang loe bisa makan. Loe urus diri loe sendiri ya. Gw bukan siapa-siapanya loe. Kata-kata tegas tersebut cukup jelas artinya buat saya. dan saya berterima kasih ada mentor seperti ini.

Tanpa terasa mereka berdua sudah mau berangkat dan edy sudah dari tadi menghilang tanpa pamit. O iya wiek..loe disini ngak bisa lama. Loe harus segera pindah. Bukannya loe senin sudah harus ke Menlo? Loe coba cari tahu jalan menuju kesana. Gw sama arman belum pernah kesana jadi loe urus diri loe sendiri. Senin itu 3 hari lagi..ini hari jumat.

Informasi itu penting sekali bagi saya, dan kalimat tegas seperti yang mas dino katakan membuat saya menyadari, hidup itu keras, hidup itu perjuangan.

Ok, gw cabut dulu ya pintupun di tutup keras, blek. Saya sendirian di basement apartemen. Saya membuka kulkas dan mencoba melakukan sesuatu untuk dimakan. Namun saya tidak bisa masak. Saya bingung, akhirnya saya coba improvisasi karena lapar. Roti, saya kasih olesan coklat, potongan keju dan daun slada. Semacam sandwich, namun ini ngaco. Saya asal saja. Begitu saya makan rasanya ngak karuan. Tapi ya saya harus makan, saya lapar. Ada sedikit jus jeruk di botol saya teguk hingga habis, maaf saya lapar sekali.

Setelah melahap makanan tersebut saya bingung tidak tahu harus kemana, ngapain..saya bingung mau Tanya alamat Menlo, kesekolah, keluar apartemen saya tidak berani. Jadi saya di dalam basement saja.

Dan karena tidak ada kerjaan, saya melihat ada double stick atau nunchaku. Entah milik siapa. Benda ini adalah mainan saya di kampung. Saya cukup mahir memainkan benda ciri khas bruce lee ini. Jadi sayapun mengayunkan benda tersebut. Dan tanpa sengaja..plang..stick menyambar gelas hingga pecah..waduh saya bingung jadinya. Saya kesel dan marah dengan diri sendiri. Kok bisa sih mecahin barang orang. Dasar geblek, kata saya memaki diri sendiri sambil membersihkan ampas sisa pecahan gelas yang berterbangan kesana-kemari.

Uuuggh..saya sebel sama kebodohan saya ini.

Sore tiba, udara mulai mendingin dan teman2 bertiga belum ada yang pulang. Kembali saya ambil double stick nunchaku tersebut. Lalu saya keluar ke halaman belakang. Ini adalah hal pertama bagi saya keluar basement, yaitu ke halaman sendiri dibelakang. Halaman kecil dengan pemandangan jendela-jendela apartemen tetangga.

Saya pun mulai mengayunkan benda yang di kenal dengan nama nunchaku itu. Tujuan saya mencari keringat. Membuat tubuh saya hangat di tengah mulai mendinginnya udara sore. Setengah jam waktu yang sebentar, namun cukup membuat tubuh hangat alias keringetan. Saya lalu memutuskan untuk masuk Dan ketika saya masuk ternyata ke tiga tuan rumah sudah hadir di dalam apartemen.

Saya menyapa ramah..selamat sore guys ! dan saya heran tidak ada senyuman atau balasan sapaan saya hanya tatapan ketiga orang tersbut semua ke satu arah. Kesaya. Saya tercenung. Mas Arman, mas dino melipatkan tangannya di dada, edy berkacak pinggang persisi di depan saya.

Dari gerakan wajah,maka bisa dipastikan edy kayaknya akan bicara duluan, hingga terdengar suara dalamnya..gini wiek.. loe tuh orang baru tapi perilaku loe bener-bener dah !!! . The Saga continue

Artikel Terkait

Cerita Pagi Mardigu Wowiek (V)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email