Cerita Pagi Mardigu Wowiek (III)

Every body cool?!! Please behave, you all grown up!, Suara keras wibawa petugas keamanan membuat suasana terkendali. Jonas menjaga jarak dengan cooper sambil melepas balon di telinganya. Cooper perlahan menuju tempat duduknya dengan mata terus menatap Jonas. Sementara Jonas berdiri lurus menatap saya.

Saya memperhatikan dengan seksama langkah Jonas mendekati kearah saya duduk. Matanya tidak menatap saya lagi namun kearah kado yang dibawanya sebelumnya. Tangannya masing menggenggam, namun raut wajahnya turun. Otot wajahnya drop. Dia lebih menunjukan wajah sedih atau kecewa.

Suasana kantin mencair. Semua kembali ke tempat masing-masing dan terbanyak mulai beranjak kekelas masing-masing. Ada banyak yang mengantri sarapan yang tadi perhatiannya selama 10 menitan ke drama Emily.

Sekarang petugas security meninggalkan ruangan, cooper suah kembali ke tempat duduknya bersama 7 rekan nya seperti awalnya.

Hei yoo..! kata Jonas mendongakkan wajahnya kearah saya. you new around here? Lanjutanya ia berkata yang saya jawab, yes man!


ehhm, I thought so..dia mengambil bangku dan duduk di depan saya sambil bersender merebahkan punggungnya di bangku, kemudian menatap kado bungkusannya dia berkata, its your huh?
Oh no, please don’t take it personal..saya berusaha menjauh atau lari dari masalah, its still your, kata saya sambil mendorong kado tersebut kearah Jonas.

You know Emily man? Tanya Jonas lagi

Saya mendongakkan wajah kearah Jonas memastikan pertanyaan dia ngeledek apa beneran. Orang kampung begini di tanya kenal sama wanita cantik pemimpin cheer leader sekolahan. Saya menggelengkan kepala pelan, I hardly knew her, man, saya menjawab menjelaskan bahwa saya ngak kenal Emily sama sekali, saya agak panic karena wajah garangnya belum reda juga. Seorang bertubuh atletis tinggi, kekar, mengenakan jeans dan t shirt. Ada tattoo di kedua tanganya menggambarkan elang dan sebuah tulisan yang saya tidak bisa baca.

Alis tebal hitam, wajahnya latin. Kulitnya putih bukan “tan” seperti kebanyakan latinos.

Jonas mengangguk pelan lalu bertanya lagi, You know anything about love man? Jonas mengganti topic pembicaraan. Saya menggeleng..dia menatap saya lalu berkata, I knew Emily since high school. Here, in this area. To be excact next to arthenton county, the place names is hillborough county. We are good friend, and for me she is my first love. She was my promp queen at high school farewell party.

I don’t know wheater she felt it or know it. I don’t know man..does she feel what I feel? This damn love man? wah saya jadi tempat curhat orang baru. Saya mengangkat kedua bahu saya yang menunjukan saya ngak terlalu faham. Kalo patah hati di tolak cinta mungkin paham sedikit. Melihat masa lalu saya menembak 5 cewe yang nolak 6 . Yah, hiburan kecil bagi saya bicara dalam hati. Menghibur diri.

Saya melirik jam di tembok yang menunjukkan jam 8.40, masih 20 menit lagi kelas mulai. Namun saya ngak berani beranjak. Posisi saya pun tak berubah. Dua ujung siku tangan saya masih nempel dimeja seperti murid mendengar guru mengajar.

Juga, saya ngak tahu apakah nilai di culture budaya di amerika atau di California atau asalnya Jonas dimana meninggalkan orang yang lagi curhat ternyata sebuah penghinaan. Saya pilih diam dari pada resiko. Lebih baik menjadi pendengar.

Melihat saya melirik jam, si Jonas menyadari ketidak nyamanan saya. what time is ypur morning class?
Nine, saya jawab

Dia tidak perduli jawaban saya karena dia meneruskan ceritanya, than we split. She goes to Menlo, I go to Stanford. I m not for this school you know that? Jonas tanya saya

No, I don’t? saya jawab singkat sambil menggelengkan kepala.

Never mind, it doesn’t make any different though, weather you knew it or not. I take computer science at Stanford. Dia terus cerita. Sambil menggelengkan kepala dan mengepal tangan kanannya..Man, its hurt my heart so much when she said “no” to me just now.. matanya mulai berkaca-kaca. I never felt this felling before.

Saya bertahan tidak bergeming, diam. Dia melihat kearah saya dan berkata, Man, I understand your feeling, I saw what happen in cantina this morning when they call on you as a SHIT! I knew it hurt you!! Now I felt worse than that. Broken hearted…

Saya menggeleng kecil, kemudian Jonas melanjutkan dengan mata menatap keluar ruangan dan berkata : Its ok though..for Emily , I would rather be broken hearted than never fall in love with Emily.

Huih, romatis amat tuh kata-kata, saya bicara dalam hati..lebih baik merasakan sakit hati dari pada tidak pernah jatuh cinta dengan Emily. “I would rather be broken hearted than never fall in love”.
Si Jonas mendadak berdiri yang membuat saya terkejut. Ada apa lagi nih? . Saya menengok kebelakang ada 2 petugas security bergerak masuk kedalam. Dan ketika membuka swing door tersebut keduanya langsung berkata ke Jonas dengan nada keras : You are not allowed to be here. This for internal Menlo student only. You better move your butt out now young man.

Rupanya ada peraturan orang asing tidak boleh masuk asrama dan cantin Menlo kecuali resident asrama. Jadi Jonas harus pergi.

Ok, ok, find with me..kata Jonas sambil berdiri perlahan mengeser bangku duduknya. Dia melirik cooper and the gank sebelum meninggal kan ruangan dan di sambut dengan 8 orang duduk melingkar menaikan jari tengahnya mereka kearah Jonas.Yang membuat Jonas maju bergerak mendekat ke copper namun di cegah security.

F**k Stanford, F**k Chicano demikian celetukan cooper and the gank yang membuat Jonas panas dan meronta. Di tahan dengan paksa oleh petugas security yang bertambah jadi 3 orang.

All right, all right , I m ok..dont touch me, let go off me man! kata Jonas kepada security yang melepaskannya dan berbalik jalan ke arah pintu swing door kembali sambil dia membenahi bajunya yang berantakan sambil berdiri dekat saya. kemudian mengulurkan tangannya kepada saya.
Call me Gringgo man, enjoy my cocolate in that box. Dia berkata sambil mendongakkan wajahnya kearah kotak kado yang mengartikan kado itu sah milik saya. Saya membalas salamannya dan berkata..o, ok gringgo, i am Mardi.

Ok, cool name..see you when I see you than..katanya sambil berjalan keluar.

Saya menatapnya jalan keluar di kawal 3 security. Lalu menatap jam sudah menunjukan 8.55 saya harus bergegas ke kelas social psikologi. Kelasnya di gedung ujung jauh. 5 menit jalan.

Mata saya masih menatap Jonas jalan, tangan saya menggapai buku dan kotak kado yang saya raba-raba tidak menyentuhnya dan ketika saya tengok, 2 orang dari cooper gank memengangnya. Satu memegang buku, satu memegang kado.

looking for this? Kata mereka dengan mengejek

O yes please, I have class in 5 minute, saya jawab

Come on get it..sambil melempar buku saya ke copper seperti bola foot ball berikut kado tadi juga terbang kearah cooper yang di tangkap dengan cekatan. Lalu cooper menggoyangkan buku saya..you want this?

Saya mengangguk?

Cooper berdiri dan merobeknya…buku tulis catatan saya di robek hingga 4 bagian yang di sambut gelak tawa orang sekitar.

Saya melongo. Saya mencatat semua pelajaran di buku itu. Saya ngak punya cukup duit buat beli buku cetakan. Lebih baik pinjam buku perpustakaan dan di catat ulang di buku notes saya tadi. Yang sekarang sudah belah jadi 4.

Saya berdiri diam. Saya sebenarnya sudah muak dan tidak tahan. Tapi saya punya apa. saya sendirian, saya no body. Saya orang baru. sesungguhnya saya juga sangat takut. Dan saya tanya dalam hati. Saya ini salah apa sih sama orang-orang ini?

Mereka beranjak berdiri dan berjalan kearah saya. lalu cooper menghamburkan 4 buku saya di muka saya dan membanting kado coklat Jonas di kaki saya. enjoy the shit you skinny moron!!!semua orang melewati saya dengan mengadukan pundak mereka di dada saya, shoulder bump. sakit juga,maklum mereka atlet semua.

Saya hanya memunguti kelima benda berantakan tersebut, lalu berjalan keluar kantin menuju kelas. Saya perhatikan orang sekitar, biasa saja. Tidak ada yang perduli, tidak ada yang mikiran. Mereka anggap biasa saja. Hati saya sakit teriris iris, namun who know dan who care , siap yang tahu siapa yang perduli.

Saya buang notes saya ke dalam keranjang sampah, namun kotak kado saya tetap bawa ke kelas. Ngak tahu apa isi nya, ngak tau kenapa. Saya hanya menjalankan apa yang keluar di benak saya. perjalanan ke kelas terasa jauh, pikiran saya melayang ke tiga bulan yang lalu... # The Saga Continue

Artikel Terkait

Cerita Pagi Mardigu Wowiek (III)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email