Sejatine Sukma Sejati Iku Sejatine Roso

Generasi milenium adalah mereka yang saat ini berusi 18 tahun – 35 tahun, yang lahir di antara tahun 1980an awal hingga 1999. Dan saat ini di indonesia generasi milenium itu merupakan 100 juta populasi penduduk.

Mereka ini trend setter fashion, motor ekonomi kreatif, faham gagdet dan teknologi, life style, entertaiment hiburan, kuliner, dan banyak lagi yang di dominasi oleh generasi ini.

Generasi ini sangat skillful, multitasking bisa balas email sambil denger lagu dan menerima telphone berbarengan. Sangat melek teknologi

Generasi ini berciri informil, santai, moody - perasaan adalah hal yang sangat di tunjukan, dipentingkan, crowd opinion orientation dalam keptusan biasanya juga suka menunggu opini orang lain dan didapat dari dunia informsi sosmed dan dunia maya lainnya, berpendidikan lebih baik dari generasi sebelumnya di usia yang sama, berwawasan lebih baik bahkan sering menganggap mereka “over qualify”terhadap kerjaan mereka di dunia korporasi dan lebih ekspresif.

Senang mendapat pujian dan bukan peng-hendle kritik yang baik bahkan tidak baik. Apa lagi hujatan, sulit sekali mereka menerimanya. mereka sangat konfrontatif urusan hal ini, ego center mereka besar.

Manner dalam perilaku atau cara mengerti pikiran orang lain? Hahaha bisa di katakan mereka agak tipis bisa mengerti hal itu. Ngak pandai, mereka sering potong kompas dan sulit memahami isi pikiranorang lain. Itu salah satu kelemahan generasi ini. bahkan saya menilai generasi ini usia kedewasaan atau usia psikologynya di bawah usia biologisnya?

Maksudnya mas? Saya memerlukan penjelasan

Usia biologisnya misalnya 29 tahun, tetapi usia kedewasaan sosialnya bisa baru 19 tahun atau awal 20 tahunan. Usia psikologisnya usia belasan, Bocah banget! Padahal di kultur bangsa lain itu usia sangat matang dewasa.

Inilah pagi-pagi saya di kuliahi oleh seorang sahabat lama yang tangal 14 januari 2016 ini mengundang saya ke Jogja untuk hadir dalam agurasi gelar doktonya di bidang ilmu politik di mana latar belakangnya adalah psikologi sosial dan pengusaha.

Dia melanjutkan, Itulah alasan saya merekrut pegawai dalam tahun 2015 kemarin usianya bebarpa di atas 35-40 tahunan. Sehingga umur rata-rata karyawan saya saat ini 34 tahunan. Tahun 2012-2013 kemarin usia rata-ratanya karyawan adalah 27 tahunan. Waduh..cape deh!! Kayak ngurus anak remaja, bahkan mungkin masih enak ngurus anak remaja.

Mereka bisa “bad mood” hanya karena kita tekan. Mereka bisa keluar berhenti kerja hanya karena target tidak tercapai dan di marahin. Konflik horisontal dikantornya juga tinggi. Ada saja yang di konflik kan, dan bagi generasi diatas, atau yang usianya sekitar 45-50an, hal yang mereka konflikan itu bukan masalah banget. Karena bisa menekan pride atau harga diri. Generasi milenium, ngak pinter urusan ini. Misalnya dalam memilih event di kantor, itu malah bisa buat gap karena rebutan bukan membuat akrab.

Memilih selera dan menu makanan acara ulang tahun kantor itu bisa jadi konflik karena mereka well inform dan banyak tahu dan memaksakan idenya. Dan banyak lagi. Pusing pala adiknya berbie..katanya sambil pegang dengkul, bercanda menunjukan kepada adiknya berbie di dengkul.

Bener loh mas wowiek, Manja sekali caranya mereka memperlakukan hidup mereka. Spoil banget, soft lunak sekali inginya jalannya kehidupan. Padahal kalau mereka manja dengan diri mereka kehidupan akan membalance dengan memaksa mereka melalui jalan yang keras kesehariannya. Di sisi lain kalau manusia keras dengan dirinya, disiplin, manner, attitude di jaga, memiliki care dan intergitas, kehidupan keseharian menjadi melunak. Alam sayang sama orang yang ber-karakter!.

Itu pengalaman saya loh, itu mungkin empiris pengalam pribadi, namun itu belief sistem saya, katanya dengan nada tinggi untuk meyakinkan saya akan sintesanya.

Generasi milenium ini adalah generasi yang lahir dalam kondisi dunia yang lebih baik dari generasi yang sebelumnya. Tak banyak melihat perang, tak banyak tahu kelaparan, generasi milenium cenderung melihat dunia lebih optimis.

Mereka melihat dunia tanpa batas, karena itu mereka cenderung memilih mengerjakan sesuatu berdasarkan perasaan. Apa yang mereka suka. Apa yang mereka passion. Lebih match dengan diri mereka. True colour mereka sangat mudah terbaca. Open.

Generasi milnium adalah straight to the point tanpa basa-basi langsunglangsung saja dalam berkomunikasi verbal atau non verbal. Kalau menulis email, surat atau pesan mereka menggunakan pernyataan yang langsung ke maksud tujuan. Semetara di generasi yang lebih tua mendahuluan sapaan santun dahulu baru maksud.

Dasar pemikiranmereka berbeda dengan generasi terdahulu karena sumber informasi mereka sangat luas. Perkembangan teknologi ikut serta membangun pola pikir dan tindakan tersebut yang memiliki ciri menonjol. Ingin cepat ingin instant.


Karena apa mereka ingin cepat? Karena memang segala saat ini bisa cepat. Informasi dalam spilt second bisa masuk ke mereka sehingga keputusan pun bisa cepat. Kenapa mesti lama? Ketelitian menjadi kelemahan mereka. Buru-buru dan kecerobohan menjadi hal yang tersering menjadi sandungan mereka.

Wah panjang nih datanya tentang generasi milenium ini? saya juga baru sadar bahwa jajaran manajer kebawah di tempat saya ya rata-rata “UJIKELAMIN” kebanyakan..saya berkata yang di potong nya, hah..apaan itu uji kelamin mas? Tanyanya dengan muka polos

Oh..iya, Usia JIgo KELAkuan MINus! Jawab saya seketika.

Jiaaah!...bener juga ya mas ujikelaminnya hahaha, kami jadi tertawa bersama.

Saya lanjutkan : Dan baru saya perhatikan, para manajer ke atas di tempat saya usianya 40an tahun, sangat nge gap ya..baru sadar saya. Ada baiknya usia staf manajer kebawah itu saya naikan usianya dan usia manajer ke atas saya turunkan. Menarik juga cerita anda mas Doktor, sehingga saya bisa mendapat sudut baru dalam mengembangkan SDM.

Lah mas wowiek mau buang orang yang usianya 45an kemana? Mahal loh harga PHK? Tanyanya lagi.
I ya mas Doktor, saya punya metode yangs aya selalu pakai untuk “job exit” di tatanan atas ini. saya akan buatkan usaha, dimana modal mereka kita siapkan, dan mereka kita kasih saham hingga 60% alias mayoritas. Tanpa harus setormodal karena di modali. Statusnya pinjaman loh tapi golden share mereka dapat. Tentunya ini usaha yang secara kolektif mereka sudah miliki, impian mereka , network mereka.

Ini teknik “spin off” perusahaan membangun anak usaha yang biasa, juga buat “tax planning” sekalian. Mereka memiliki saham dan kalau mereka berhasil dan jadi besar kita dan mereka senang. Jauh lebih benefitnya dari pada pesangon. Kalau mereka gagal, mereka tidak menyalahkan siapun kecuali dirinya sendiri. Dan pengalaman saya 70% berhasil project ini karena apologia, “self defence survival” mereka besar. # May peace be upon us

Artikel Terkait

Sejatine Sukma Sejati Iku Sejatine Roso
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email