Hidup Itu Tidak Rumit, Yang Rumit Manusia

Perdebatan gas masela mau di bawa kemana menjadi debat politik menarik. Bagi orang yang tahunan di bidang oil n gas hal ini bisa di kaji dari banyak segi. Apa lagi dunia gas termasuk dunia yang saya kenal dengan baik 20 tahun ini.

Mungkin saya bisa kasih ide buat urun rembuk Negara ini. Mudah-mudahan bisa saran saya ini diterima. Karena sebagai pelaku, saat ini walaupun kecil saya memiliki 50MMCFD gas di gundih cepu jawa tengah dan 35 MMCFD di prabumulih Sumetera selatan. Jadi setidaknya ada pengalaman dalam berbagi.

Yang menjadi pertanyaan berapa besar gas masala itu? Cadangannya sangat besar, bisa di produksi 1000 MMCFD selama 25 tahunan cadanganya. Luar biasa besar.

Segi ekonomi manfaatnya apa gas dari sumur masela itu sih sebenarnya kok di ributin banget? Dari segi invetasi berapa besarannya ? Menteri Rizal Ramli ngotot harus di landingkan di darat. Sementara menteri Sudirman Said di laut di buat plat form off shore.

Saya sangat bersyukur dengan perdebatan ini karena bisa melihat kapasitas dan kapabilitas seorang menteri dari pilihan nya.

Satu menteri onshore di daratkan di pulau , pulau tanimbar atau selaru bahkan di pulau Aru . satu lagi menteri ingin off shore floating proses di buat nya.

Alas an di bangun di darat agar bisnis turunan atau hilirisasi tumbuh di area tersebut, di pulau aru misalnya. Sedangkan kalau di bangun offshore base produknya yang berupa LNG di jual ke daerah lain atau di ekspor sehingga bisa cepat monetize dan uang itu di gunakan untuk manfaat lain. Juga bisa balik ke wilayah pengahasil sebagai cash base.

Sederhana berfikirnya khan? Saat ini POD atau plan of development sedang di debatkan. Untuk proyek 10 tahun lagi “gas drop” nya atau di produksi tahun 2026 keatas. Cadangan 10.6 TCF, triliun cubic feet. Itu besar sekali, iya..sangat besar. Atau saya berikan gambaran secara uang kali ya. Mungkin dengan begini para sahabat lebih bisa membayangkan. Kalau sahabat mau tahu berapa besar nilai ekonominya, kira-kira USD 7.000.000 per hari selama 20 tahun. Sekitar USD 50 bilions! Nah kebayang ngak tuh?!!

Itu hanya kalau di jual sebagai LNG. Kalau hilirisasi kita teruskan untuk membuat menjadi listrik maka bisa menghasilkan kira-kira 5000 MW daya listrik selama 20 tahun! Atau kalau di buat pupuk urea bisa kita ngak import pupuk alias independen secara pupuk untuk ketahanan pangan.

Kalau melihat seperti ini, sebuah asset yang akan kita pakai 10-13 tahun lagi kira-kira bagus mana yang akan di jadi kan POD? Pak Rizal onshore atau pak sudirman offshore?

Baiknya kita teruskan lagi pemahaman sederhananya. Lifting gas adalah mudah. Pertanyaannya, siapa offtaker gas tersebut. Siapa yang ambil dan mau di apakan? Siapa yang mau invetasi di blok masala sebesar 20 Billion USD atau setara 260 triliun rupiah yang baru balik sekitar 7-9 tahun modalnya?

Belum lagi kalau itu dibangun indutri turunan gas. Seperti gas fired power plant. Dibuat 1000 MW saja maka investasinya tambah lagi USD 2 billion. Kalau semuanya dibuat power plant bisa menambah USD 5 bilion . yang IRR nya kecil hanya 12-16% an?

Sekarang apa pebdapat saya.

Begini bapak menteri berdua. Kalau ada pengusaha Indonesia tau BUMN Indonesia yang mampu mengelola dan memiliki capital tersebut berikan. Tapi kalau perusahaan asing nanti dulu!

Berikutnya di daratkan di pulau apa di offshore. Maka kalau pertanyaanini kesaya maka saya pilih yang paling kecil resiko sosialnya. Tidak ada ambon merah dan ambon putih yang rebutan wilayah mana akan di daratkan dipulau mereka. Jadi saya pilih offshore!!

Lebih simple operasinya wahai bapak menteri. Hilirisasi jangan di daratan Maluku. Tidak terserap pangsa pasarnya dan tidak ada pengusaha yang mau ambil dan melakukan hilirisasi karena tidak ada pasar yang menelan produk outputnya.

Jadi pilihan saya adalah offshore dan pengusaha atau BUMN atau konsorsium BUMN. Namun kalau pilihan nya seperti yang sedang di perdebatkan. Dan harus sekarang POD di buat.

Namun kalau saya di berikan opsi lain maka saya putuskan demi alasan strategic . lebih baik kita import sesuai kebutuhan di lock up 30 tahun dari Australia dimana harganya murah hanya 3-4 dolar dan bisa panjang 30 tahun. Alias…yang masela di simpan buat anak cucu kita saja nanti.

Seperti amerika, cadangan mereka tidak pernah di pakai. Mereka beli dari Negara lain dulu. Cadangan mereka masih utuh, masih 70%. Secara geopolitik, canbera happy karena kita indoensia menjadi mitra strategic di LNG.

Secara tabungan kita pakai nanti 50 tahun lagi. Sekarang kita sedot dan beli LNG Australia punya saja. Juga ada yang besar yaitu gas dipulau shakalin rusia. Ini ada dan sedang di tawarkan oleh Rusia. Rusia kurang bisa memanfaatkan karena posisinya di dekat vladiwostok dekat jepang dan menjadi incaran pasar asia timur dan tenggara.

Amerika tidak senang Rusia memproduksi gas shakalin ini, tapi amerika tidak bisa apa-apa. amerika yang lagi tekan rusia karena mainan amerika ISIS di hajar Rusia. Maka minyak di hajar amerika ke 30 barel di bawah harga produksi. Dan rusia produksi gas shakalin. Amerika kecolongan! Jadi pak menteri, kita bermain cantik. mepet Rusia, mepet Australia.

Gas adalah komoditi penting setelah batubara di mainkan dan minyak (oil) dimainkan. Maka gas adalah komoditi yang akan di mainkan berikutnya.

Kita ambil shakalin punya sebagian dimana kita bisa menjadi pemain global di LNG. Sebagai trader, user dan produsen. Jadi pak menteri saran saya, POD masela 50 tahun lagi saja. Pada saat itu saya yakin banyak pengusahaan Indonesia sudah mampu menanganinya. Sekarang LNG lagi murah-murahnya. Kita beli dulu dan kunci harga jangka panjang. Pada saat harga “up side” kita dapat harga bagus terendah sekarang. # may peace be upon us

Artikel Terkait

Hidup Itu Tidak Rumit, Yang Rumit Manusia
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email