Index GINI rasio indonesia saat ini mendekati angka rawan mas?!! demikian sahabat saya pakar ekonomi makro, seorang doktor wanita yang sering muncul di layar kaya berkata. Kalimat ini saya dapat ketika ia sedang meluangkan waktu 2 jam di sela waktunya yang sibuk ke kantor saya yang sudah tua di bilangan jakarta selatan.
Istilah itu lumayan familiar bagi saya walau bukan akademisi ekonom, namun data itu saya perlukan selalu dalam setiap pengambilan keputusan korporasi. Memang korporasi adalah ekonomi mikro, namun bagian dari indikasi ekonomi makro. Jadi memahami Gini rasio selalu jadi meteran saya melihat.
Secara global memahami Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu atau buruk.
Bahasa sederhananya adalah jurang antara kaya dan si miskin menjauh jika mendekati angka 1.
Angka berbahaya dalam dunia pemerintahan adalah 0.43 ke atas. angka ini di banyak negara menjadi indikasi “defence mechanism” sistem pertahanan sebuah negara. Di titik ini sering terjadi pergolakan politik, rawan konflik, mudah di tunggangi, mudah di adu domba dan mudah di taklukan negaranya.
Sekali lagi saya berusaha menggunakan bahasa yang lebih sederhana. Pada saat rasio GINI 0.43 artinya jika sahabat bertemu 100 orang di wilayah tersebut, maka 43 orang adalah orang miskin. Walau ngak begini amat pemahaman koefisien GINI tetapi pemahaman ini memudahkan otak menerima informasi.
Sementara arti kata miskin, artinya kemampuan untuk menghidupi dirinya sendiri saja tidak bisa, bahkan untuk kebutuhan mendasar seperti makan minum yang normal yaitu 3 kali sehari itu tidak bisa, itulah kategori miskin.harus di support oleh orang lain hanya untuk kebutuhan dasar. Seperti anak-anak sebelum memiliki income , bahkan ada yang sampai mahasiswa masih bergantung orangtuanya, bahkan ada yang sudah menikah masih bergantung orang tuanya.
Maaf terkadang kita tak perlu memperhalus bahasa dengan mengganti kata miskin menjadi kata pra sejahtera. Tak perlu. Kita harus terbiasa dengan fakta tanpa eufimisme penghalusan, namun pastinya jangan juga di besar-besarkan hingga megalomania. Cukup data fakta “as it is”. Baik secara bahasa maupun kenyataan.
Lalu yang menjadi pertanyaan saya ketika dikatakan Gini rasio genting saya pastinya perlu kepastian, saat ini di angka berapa rasionya di indonesia?
0.41 mas, demikian jawaban lugasnya. Dan semakin membesar. Dan ini pertanda buruk ketika jurang kaya dan miskin melebar begini.
Maka saya sebagai manusia ekonomi langsung terdiam dan memutar otak. Ini peluang atau ancaman?
Memaki pemerintah beserta jajaran kabinetnya atau bergerak melihat peluang dan mengambilnya? Kalau sahabat bagaimana? Apa yang dipikirakan dan mau dilakukan? # peace
Mardigu Wowiek: GINI
4/
5
Oleh
Mardigu Wowiek Prasantyo