Assalamu’alaikum, terima kasih atas kesempatan membuka pertemuan ini. Tadi selagi di bandara saya merenung mengingat kembali sebuah masa. Sebuah masa dimana kita adalah bangsa yang di segani dan hormati oleh bangsa lain. Yaitu ketika Indonesia di jaman Suharto, ketika Singapore bersama Lee Kwan Yew, dan ketika di Malaysia Datuk Mahathir berkuasa, Negara besar seperti china tak berani membusungkan dada di hadapan Asean. Amerika pun sangat berhati-hati membuat langkah strteginya. kita di hormati teman, kita di segani lawan.
Mengapa itu terjadi? Karena kita semua kompak, kita semua erat berjabat dan kita semua menghargai satu dengan lainya. Negara jiran adalah saudara, Negara tetangga berbatas langsung adalah front line keamanan yang harus saling jaga.
Dalam bidang ekonomi apa lagi, satu dengan yang lain saling dukung, neraca perdagangan hampir imbang dan investasi yang di utamakan adalah yang datang dari tetangga sendiri.
Ini adalah kalimat pembuka ketika bulan lalu saya harus ke singapura menemui sebuah lembaga keuangan timur tengah yang memiliki kantor representative di singapura dan Malaysia.
Iya benar, saya menulikan kata “harus” ke singapura karena saya sudah tidak bisa lagi bergerak dengan system keuangan di Indonesia. Ada 30 lembaga keuangan bank dan non bank saya sambangi dalam 5 bulan terakhir ini. Ratusan jam paparan langsung untuk pembiayaan proyek, hasilnya tidak ada yang bergerak. Lebih karena peraturan bank central.
Terus mau di kata apa? authority keuangan Indonesia sudah buat policy . Kita pebisnis, bukan politikus yang berkutat di peraturan dan negosiasi. Kita pengusaha, follow ikut arus uang saja. Dimana gampang dan resiko kecil pasti mengikuti aliran itu.
Akhir nya saya memutuskan, ya sudah cari modal di luar negeri saja. Proyek ini menghasilkan revenue dolar alias export base. Secara jangka panjang mengurangi unsur import. Tapi bank Indonesia memang bank gadai, terus menanyakan jaminan. Ya sudah saya males ngulang-ngulang urusan policy, regulasi, bank . intinya saya putuskan merapat ke sebuah lembaga keuangan timur tengah yang foundernya memiliki saham club bola Manchester City.
Di hadapan para direksi, board of chairman group international yang kebutulan berwarga negara Malaysia dan Singapura. Makanya saya memilih pembukaan kalimat seperti di atas.
Dengan terpaksa saya memilih menerbitkan sukuk obligasi syariah dengan lembaga keuangan di timur tengah sebagai solusi saya. ini saya putuskan bahkan tanpa diskusi diawal dengan para pemegang saham lainnya. Saya action duluan ajah. Dalam hati saya juga berfikir, rasanya bukan setuju ngak setuju menerbitkan obligasi tapi pasti yang di tanya “binatang” apaan itu sukuk obligasi syariah?
Dari pada berpanjang kata, saya action dulu saja. Saya hubungi perusahaan yang berkantor pusat di Bahrain tersebut melalui email resmi. Saya kenal 2 pejabat puncak di Bahrain tersebut yang dalam waktu 1 bulan pertemuan di singapura itu di terjadi.
Mempersingkat pekerjaan, saya sudah mengirimkan segala keperluan untuk mereka mereview project ini. Saya tahu apa yang mereka butuhkan, audited income statement, FS, contract, legal, permit, licenses, human capital, financial projection, EPC, bohir contract, detail engineering, spec technic, bill of quantity..semua deh,…saya kirim rapih detail rinci.
Bagi sahabat yang ingat karakter saya yang global, unstructure, ngak detail, hal ini pasti aneh karena mendadak saya rapih, rinci dan ter-struktur. Iya itu karena saya di kawal tiga orang staff khusus saya yang memang saya siapkan untuk mengisi kelemahan saya tersebut. Mereka yang jauh jauh hari menyiapkan seluruh file tersebut dan selalu di update.
Sederhannya adalah, kita akan membuat perusahaan di dubai. Yang bersifat investment company. Lalu menerbitkan sukuk. Perusahaan baru, iya benar, tapi sudah memiliki 3 aset. 3 perusahaan. 3 perusahaan tersebut belum secara legal di miliki 100% tetapi baru CSPA, condition sales purchase agreement. Kalimat sederhannya, perjanjian jual beli bersyarat.
Dalam CSPA dikatakan bahwa perusahaan dubai tadi memiliki mayoritas saham 70% terhadap ketiga perusahaan tersebut. Namun belum di balik namakan karena belum lunas. Ketika lunas baru balik nama dengan masuk ke dalam pemegang saham perusahan ke tiganya tersebut.
Penerbitan sukuk tadi adalah untuk membeli 3 perusahaan tersebut, untuk akuisisi. Dimana lamanya usia obligasi 7 tahun dari contract project di tangan ketiga perusahaan tersebut secara buku, bisa di capai. Kelihatanya sederhana ya? Tapi percaya saya, detail rinciannya bisa 1500 halaman untuk masing-masing perusahaan dan audited. Kita tidak akan main-main dalam credibilitas. Jangan pernah bercanda untuk hal-hal yang bersifat kepercayaan.
Kembali ke rapat pertemuan paparan project saya lanjutkan dengan menyapa salah satu direksinya yang saya kenal 5 tahun lalu. Pertanyaan dan pernyataan yang bersifat pribadi. Apa kabar anak-anak? Sudah masuk junior high ya yang paling kecil pak? Istri masih bisnis baju muslim dari tanah abang ke? Jawabnya atas pertanyaan saya membuat suasana cair karena merka tahu saya kenal 2 orang founder di Bahrain, kenal 1 direksi di Malaysia. Sehingga suasana pembicaraan menjadi informal dan ini gaya wowiek banget. Saya ngak suka proptocoler, ngak suka seremonial dan ngak suka formil.
Yang selanjutnya saya sedikit cerita tentang peluang bisnis indonesia secara global yang pastinya tujuannya adalah memuat mereka “eager” masuk ke Indonesia yang memang system pembiayaan nya masih sangat tradisional. Mereka bisa bermain dengan sukuk ini. Saya juga memberi informasi bahwa china masuk ke Indonesia tidak minta asset jaminan tetapi proyek saja bisa. Dan masuk dengan EPC plus turn key project. Bagi Indoensia hampir tidak ada resiko government, hanya resiko bisnis biasa.
Dan kalau proyeknya bagus bisa membiayai balik biaya turn key. Kalau jelek proyeknya, di sita funder china, proyek itu jelek, yang rugi chinanya. Tetapi china tidak perduli, semua proyek di indoensia bagus karena fundamental ekonomi, seperti infrastuktur dan pangan.
Begitu melihat mata mereka berbinar, pupil mata hitamnya membesar, saya tahu ini adalah saat nya saya masuk "menjual diri" buat project saya. eiiit, lewatin proyek ini dulu baru bicara proyek lain.(catatan : awas, jangan dipakai jurus ini buat "nembak" cewek ya) # may peace be upon us
Bill Gates Di Tanya Wartawan , Masih Ingatkah Mr. Gates Akan Waktu Jaman Susah Dulu? Bill Gates Jawab.. Tidak, Saya Tidak Pernah Tahu Hal Itu Ada Dalam Hidup Saya
4/
5
Oleh
Mardigu Wowiek Prasantyo