Apa buktinya kalau mau menjadi kaya bisa tanpa jadi pengusaha? Bisa mengerjakan apa saja sesuai profesinya namun tetap bisa kaya raya. Ini adalah diskusi panel yang dihadiri ratusan mahasiswa sebuah kota pelajar di jawa timur di mana saya di minta sebagai salah satu tamu undangan.
Minggu lalu di terbatasnya waktu dalam kunjungan rutin kerjaan di wilayah jawa timur, sekalian memanfaatkan undangan sebagai pembicara singkat dalam diskusi kewirausahaan di sebuah kampus kota pelajar yang berjarak 1 jam dari basis pekerjaan kami di pasuruan. Saya pun setuju. Host acara pagi itu seorang penyiar radio juga yang saya beberapa kali menjadi tamu narasumber acaranya. Jadi jalannya pertanyaan seakan siaran ulangan.
Pertanyaan ini mungkin juga ditanyakan banyak orang, karena bekerja kantoran memiliki income yang “ketaker” terukur sementara sebagai pengusaha pendapatannya bisa tidak terukur, dengan disisi paradox nya bisa juga minus. Dalam kondisi minus maka mereka professional yang memiliki penghasilan stabil membuat iri pewirausaha.
Pewirausaha terkadang iri dengan banyaknya waktu para professional itu bisa luangkan buat diri mereka dan keluarga mereka.
Coba bayangkan di hari sabtu atau minggu. Banyak professional dan kaum pekerja yang menikmati weekend liburan makan di mall, di restorant, bercengkaram dengan keluarga, teman dan lain sebagainya sementara pemilik restaurant, atau warung malah sedang berkeringat siang malam bekerja.
Wirausaha seakan tidak punya tanggalan merah atau hari libur. Seakan tidak punya batas waktu 24 jam. Atur-atur sendiri. Bagi sebagian orang itu kebebasan waktu, bagi sebagian pewirausaha lagi hal itu merupakan tanggalan biru kerja terus menerus tanpa jeda.
Jujur, kalau mereka yang pekerja melihat kebebasan waktu , bagi pewirausaha, itu jebakan. Itu bisa merupakan siksaan pekerjaan jangka panjang. Dan kalau pengusaha belum merasakan siksaan kerja tanpa jeda maka hanya 2 hal pastinya mereka itu.
Pengusaha yang baru mulai atau pengusaha yang tidak bisa mengelola waktu dengan baik juga tidak bisa mengelola team dengan baik.
Lalu dimana seorang wowiek berada ? Yaitu tadi, pengusaha yang masih struggle untuk bisa mengelola waktu dan mengelola team dengan benar. Sehubungan dengan hal itulah saya selalu sempit waktunya. Berbagi seperti acara minggu lalu adalah hal yang menfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Harusnya tidak begitu kalau saya pandai mengelola waktu dan pandai meng-kader team.
Jadi, menjawab pertanyaan host acara tersebut tentangbagaimana menjadi kaya tanpa jadi pengusaha, atau menjadi kaya dengan tetap seperti apa adanya bagaimana?
Apakah jawabnya klise hanya pengandaian dengan memiliki medan magnet nanti uang datang, gitu?
Apakah kita harus bervisual, berimaginasi sukses terus kita kaya, gitu?
Apakah kita harus bervisual, berimaginasi sukses terus kita kaya, gitu?
Apakah kita bersedekah terus kita di beri oleh kehidupan balasan dan jadi makmur. begitu?
Jawaban diatas atau banyak hal yangmirip diatas ada benarnya. Tapi tidak melulu hal itu. Bagi orang seperti saya , saya adalah orang yang memiliki pendapat lain yang di dapar dari pahit manisnya menjalani usaha.
Maka salah satu caranya adalah menambah jam kerja kita, “work extra miles”. Sesuai dengan hukum alam. Kalau seorang hidup semua di karuniai 24 jam. Semua sama. Lalu kita mendedikasikan 10 jam hidup kita untuk bekerja. Katakan dalam 1 bulan anda mendapatkan angka 10 juta rupiah. Maka untuk mendapatkan 15 juta, atau 5 juta ekstra anda harus bekerja “extra”.
Kedengarannya tidak menyenangkan bukan? Tapi itu adalah hukum alam.
Katakan anda adalah pegawai swasta, bekerja sebagai akunting. Lalu extra miles nya apa? anda nyambi kerja tambahan dengan menjadi tenaga akunting pada warung-warung di dekat rumah anda. Tiap minggu anda ambil seluruh bon transaksi penjualan dan pembelian. Lalu ada buatkan laporan keuangan bulanan.
Anda di bayar 1 juta per warung. Karena banyak yang sanggup membayar 1 juta perbulan. Namun mmebayar akuntan 5-6 juta perbulan mereka ngak sanggup. Dan, ada 5 warung mempercayai anda. Anda memanfaatkan sabtu minggu buat laporan keuangan tersebut. Itulah 5 juta rupiah ekstra mile anda.
Suatu hari warung, toko kelontong, laverensir pasir, toko bangunan mempercayai anda dari mulut kemulut. Ada 40 mitra yang mempercayai anda pembukuanya. Maka itu adalah 40 juta extra mile anda. Kalau anda kerjakan sendiri.
Lalu anda putusakan mempunya 2 asisten akunting yang junior masing masing anda bayar 5 juta, maka anda dengan tanpa kerja terlalu detail dank eras anda mulai mendapatkan ekstra mile anda menjadi mendapatkan 30 juta dari waktu yang anda “manage” dan “distibusi” pekerjaan.
Jadi kesimpulan apa yang di tarik dari jurus sederhana menjadi kaya? Salah satunya adalah menggeser “centralized income” menjadi “distributed income”. Dilain kesempatan kita tambah lagi penjelasanya. # may peace be upon us
Jatuh Cinta Pakai Perasaan, Mempertahankannya Pakai Penghasilan
4/
5
Oleh
Mardigu Wowiek Prasantyo