Dalam menjalani kehidupan setiap harinya maka kita akan berhadapan dengan kenyataan bahwa sebagian waktu kita, kita manfaatkan untuk mencari rezeki, mencari uang dan memanfaatkan uang. Jika ternyata kita salah saja dalam strategi mengelola kemakmuran maka seumur hidup kita bisa menjadi budak uang. Slave of money.
Padahal untuk mendapatkan uang semua orang tahu. Hanya ada 3 cara membuat uang. Tentu ini diluar mendapat warisan terlahir dari keluarga kaya, menikah dengan orang kaya, menang lotere. Pasti diluar hal-hal yang “given” seperti ini.
Kita lebih memfokuskan berbicara yang “man made”. Yang seperti seharusnya dan biasanya terjadi. Yang umum-umum saja kita bicaranya.
Mendapatkan uang hanya dari bekerja (pada orang lain), berbisnis dan berinvestasi. Hanya itu 3 jalan utama.
Bekerja adalah menukar waktu anda, ilmu anda , ketrampilan anda dengan uang yang diberikan oleh perusahaan atau pemilik usaha. Jika anda merasa setimpal pendapatan anda dengan pertukaran ilmu, ketrampilan dan waktu anda, maka anda menjadi seorang yang nyaman posisinya.
Walaupun anda tahu suatu saat anda tua, suatu saat “fresh legs” masuk, suatu saat anda menjadi “Liabilities” atau beban bagi perusahaan dan suatu saat mereka bisa saja mengatakan “terima kasih atas jasa yang anda berikan”.
Selama anda masih menjadi asset perusahaan, dimana tenaga anda, waktu anda, ketrampilan anda masih menghasilkan rekening “plus” bagi perusahaan atau organisasi, maka anda masih dianggap masuk sisi asset dalam neraca pembukuan perusahaan.
Inilah diskusi ringan disaat saya berjumpa sahabat lama saya. kami tidak saling jumpa cukup lama, 3 tahun terakhir kami tak ada kabar. Hingga minggu lalu saya mendapat telfon dari nomor yang tidak tercatat namanya dalam list telfon saya..eh, wok ( itu kebiasaan dia memanggil nama saya dengan nama depan wow, yang di wok khan)..apa kabar anak gue?
Itu adalah kalimat dia jika menanyakan sesuatu tentang anak tertua saya mbak azka. Eh baik. Sangat baik. Saya jawab dengan cepat. Apa kabar Nan..? saya bertanya balik kabarnya dan dia bukannya membalas malah tetap bertanya..eh anak gue dimana kuliah dimana?
Dia mengatakan “anak gue” karena memang anak saya pertama dia yang memberi nama. Sahabat saya ini memiliki keunikan. Yaitu dia hafal al Quran. Hafal sampai ke index-index nya. Jadi kalau kita tanya, nan..ayat al Quran yang menyatakan tentang ber haji ada di surat apa saja dan ayat apa saja. Nah dia dengan sekejab bisa jawab. Di ayat ini, di surah ini-ini. sangat luar biasa, biasanya kalau orang hafal Quran hanya hafalan ayat, namun dia beda sampai ke index-indexnya hafal.
Jadi sewaktu 22 tahun yang lalu saya menanyakan sebuah nama untuk nama anak saya, dia bertanya kepada saya..kamu mau apa nama anaknya? Saya bilang karena nama adalah doa, setiap saya panggil nama anak harus memiliki arti, dan saya ingin yang ada hubungan dengan harta, kemakmuran. Jadi setiap memanggil nama anak saya mendoakan kemakmuran.
Dia langsung berkata , harta itu “mal”..dan kalau kita mau suci hartanya maka kita melakukan zakat mal. Maka kalau kita berharta maka namanya “malia” berarti harta. Dan karena kamu harus suci maka orang yang berzakat itu khan mensucikan diri. Perilaku mereka adalah zakiah, agar mereka termasuk orang yang tersuci. Tersuci adalah Azka.
Jadi nama baik buat anak itu nanti, yang jadi anak gue karena gue ikut kasih nama. Indexnya nya ada di ayat ini, dia pun mengurai semua ayat yang ada kata zakat dan mal. Sehingga nama “azka Malia” adalah nama yang diberikan olehnya kepada putri saya tertua itu.
Karena itu ketika dia mengatakan “apa kabar anak gue” dia merefer mbak azka pastinya. Sudah lulus kuliah D3 dia sekarang, mau lanjut S1. Saya menjawab pertanyaannya
Hah, ngak mungkin wok, amir aja masih tingkat 3 (amir adalah putera sulungnya) khan amir lebih tua 2 tahun dari azka, ah ngak mungkin..dia tidak percaya informasi itu. Yang dilanjutkan, azka lompat kelas ya wok? Tapi mungkin juga sih, amir 2 kali ngak naik kelas karena kesibukan ekstra kulikuler, jadi mungkin juga ya..wah..sudah tua kita ya. Kalimat itu membuat pecah tawa kami berdua.
Dan pertelefonan inilah yang membuat janji bertemu yang kurang dari 10 menit setelah telfon kami pun duduk satu meja makan siang karena posisinya dengan kantor saya hanya 300 meter. Dia makan siang di bilangan senopati dan teringat saya. jadi kita menyempatkan menyambung tali silaturahmi siang itu.
Kami bertemu menjadi bertiga, satu lagi adalah sahabat kami professional keturunan china yang malang melintang sebagai managing director sinar mas group. Dibawahnya ada lebih 30 CEO. Mulai dari kelapa sawit, property dan banyak lagi adalah unit usahanya. Kami bersahabat lama, sejak jaman PT smartindo produsen snack chiki, taro di tahun 1997 kami sudah menjadi skondan mitra bisnis bersama.
Saya juga lama tak bertemu dengan nya, dan diskusi makan siang kali ini adalah mendiskusikan pertumbuhan negative 2015 disemua lini bisnis. Dimana saya , sahabat saya dan professional sinar mas group ini mengalami hal yang sama. Pastinya saya yang paling berat karena basis bisnis saya property dan oil n gas.
Bisnis oil n gas turun sangat ekstrim. Kalau dunia pertambangan mineral dan batubara turunnya landai 5 tahun terakhir, kalau oil n gas, curam. Hanya dalam 2 tahun harga pasaran turun dari 100 dollar ke 40 dolar per barel (catan saat ini 30 dolar). Turun 60%. Tidak tutup perusahaan kami itu sudah hebat. Bisa bayar hutang adalah sebuah kemewahan. Direksi, komisaris gajih di tunda adalah bagian dari keharusan demi organisasi dengan 1000 karyawan tetap berdiri.
Sahabat saya sang managing sinar mas ini lah yang tadi bercerita tentang karyawan liabilities dan asset. Karena saya tahun lalu harus “lay off” banyak karyawan, dengan berat hati. Terpaksa berikan KPI, key performa indicators yang ketat yang memaksa banyak professional menjadi liabilities karena tidak bisa perform. Tapi itu bagian dari “survival”, saya mohon maaf harus saya lakukan.
Target sales dipaksa naik 20%, padahal pasar lagi melemah, bisa mencapai 80% saja sudah bagus. Ini harus 120%. Banyak yang mental pastinya. Memang keras hidup ini, dan itulah suka duka dunia professional. Dan ini kita sedang bicara “past tense” loh, hal yang sudah terjadi di tahun kemarin 2015.
Mendapat kesempatan bersama pakar keuangan dan managing director perusahaan besar saya tidak sia-siakan dengan pertanyaan berikut ini. Pak P, saya ingin menanyakan, saya tidak mau lagi mengulang apa yang saya lakukan di tahun 2015.
Walaupun saya harus melepaskan team, saya mau mereka memiliki ketrampilan lain. Mereka harus memiliki “multiple streaming of income”. Atau pendapatan dari banyak sumber. Saya akui saya salah. karena tidak menyiapkan hal itu. Bagaimana caranya?
Nah mas wowiek, kita ini sudah diusia segini ada baiknya memang mulai membicarakan keseimbangan spiritual. Memberikan mereka bekal adalah hal yang juga kami sudah lakukan di group kami. Jadi mereka bisa mendapatkan “multiple streaming of income”. Saya ini kan professional, bukan pemilik perusahaan. Pemiliknya ya Franky Wijaya, dan keluarganya. Saya hanya bekerja, namun saya atau kita tetap bisa makmur.
Dia lalu menceritakan tentang beberapa property rumah, hotel dan kebun yang dimilikinya. Yang dilanjutkan dengan pernyataannya : Jadi kunci pertama adalah bagaimana kita “memanfaatkan informasi”. Hidup bersama para “game changer” ini maka kita mendpatkan informasi awal. Kita harus pandai “riding the wave” naik di gelombang yang mereka ciptakan.
Sayapun tanpa jeda menulis setiap informasi yang keluar dari mulutnya siang itu. Dia pelaku bisnis dan dia mempraktekan ilmu itu. Dan dia juga berbagi dengan anak buahnya. Panjang dia menceritakan apa itu “ilmu” yang dimaksud. Bagaimana memanfaatkannya atau istilahnya : “how to swim with a shark without being eaten alive” bagaimana bisa berenang dengan hiu tanpa pernah dimakan hidup-hidup. Lalu dia mengurai apa itu asset ? menceritakan jenis asset yang dimaksud yang ternyata berbeda dengan pemahaman saya akan asset itu, seperti benda. bagaimana menfaatkan asset yang dimaksud?
Panjangnya informasi ini membuat saya berkata dalam hati. Ini saya sebagian sih sudah tahu kok ngak “ngeh” ya saya bisa di giniin. Kayaknya ditulis ngak bisa sebaik dengan bicara dan harus ada visual agar banyak sahabat lebih faham lagi.
Berlembar tulisan informasinya adalah rahasia terpendam yang sederhana ketika saya renungkan. Sayangnya lebih enak menggunakan verbal informasinya kali ini. Sebaik lisan pak P menerangkan. Ok, kapan kita bertemuan saja deh untuk menjelaskan ilmu kemakmuran sederhana ini. Tentunya bagi sahabat yang menyempatkan dan berminat. Saya tunggu.
Kehadiran Seseorang Dalam Kehidupan Anda Selalu Ada Dua Maksud. Satu Sebagai Berkah, Satu Lagi Sebagai Pelajaran
4/
5
Oleh
Mardigu Wowiek Prasantyo