Langkah gontai menuju istiqlal dan menutup wajah dengan sepuluh jari menceritakan banyak yang tidak bisa ditulis singkat dalam buku harian. Gerakan itu mencampur banyak cerita yang terbungkus dengan satu gerakan, menutup wajah dengan jari dan membawa wajah dan jari tadi kepangkuan paha.
Antara kecewa, kelelahan, penat, beban berat tak tertahankan, ketidak berdayaan, dan otak bekerja keras mencari ilham dari langit apa yang seharusnya nanti akan di lakukan untuk yang terbaik . Semua jadi satu.
3 hari sebelum tertelungkupnya tangan di pangkuan. Catatan : Bagi sahabat yang berniat melanjutkan membaca tulisan ini, mohon tinggalkan semua atribut pribadi ya. Jadi seperti bayi melihat dunia. jangan ada kesimpulan apa-apa. baca sebagaimana seseorang yang memiliki kewajiban atau tugas sedang dia laksanakan.
Sebuah ruangan yang tertutup yang kalau tidak ada lampu banyak, ruangan ini gelap, interiornya kayu mahoni yang gelap, meja semua kayu berwarna gelap, kursi dan lain sebagainya semua berkesan gelap. Sekilas mau berkesan cozy, namun yang ada memberi kesan angker, jika tanpa lampu penerangan.
Disinilah kami selalu melingkari meja dimana di depan pintu ada sebuah plakat nama menunjukan kelamin ruangan ini, war chamber. Ruang tempat diskusi berat dan serius. Hanya sedikit manusia yang miliki name-tag yang juga merupakan electronic door key untuk masuk ke ruang ini. saya merasa terhormat sekali berada disini dan dalam belasan tahun karir, akhir nya saya di percaya masuk ke ruang ini. tahun ketiga saat ini.
Mengapa sih saya detailkan situasinya? Karena saya tidak ingin sahabat tidak mendapat data lengkap. Itu alasan utamanya.
Pagi itu debat panjang mengenai aksi 4 nov yang pada saat itu hanya di beri nama “demo menuntut ahok”. Namun bagi orang seperti kami. Itu perkataan klasik. ahok itu ngak penting, pasti targetnya istana. Kami tidak goyang atas pernyataan tersebut, ahok itu ngak penting. Dia bukan panji Negara, dia bukan symbol Negara, institusinya bukan vital. Kenapa di target?! Apa istimewanya? Menistakan agama? Di youtube itu banyak datanya, yang menistakan agama islam banyak, yang islam menistakan agama (Kristen terutama) banyak!!
Riziq cs dan islam radikal lainya kalau mau di demooleh umat Kristen pasal penistaan agama pasalnya dan buktinya banyak tuh betebaran di youtube, tanpa editan. Kita ngak usah bahas lagi ya. Sekali lagi, ahok tidak penting tetapi kenapa di tekan terus? Karena istana di anggap mendukung dan memang menarget istana. Selesai sesederhana itu akar masalahnya.
Jadi kenapa istana di target? Kenapa om jack di target? Itulah politik! Ada politik local , ada politik regional, ada politik dunia atau semua di kenal dengan istilah geo-politik. Itu kejadian harian, tidak ada yang baru. Membacanya baru berbeda setiap detiknya. Sangat dinamis. Sedinamis kepentingan manusia, politik itu taat dengan kepentingan dan sangat transaksional.
Kita lanjut, kita urai satu-satu apa yang kami perdebatkan yang kami simpulkan: penistaan surat almaidah merupakan pintu masuk yang sayngat ideal karena memenuhi : syarat filosofis, syarat sosiologis, dan syarat yuridis formal. Ini (peristiwa almaidah pulau seribu) bisa di pakai untuk menekan transaksi politik istana dan partai pendukung ahok. Sekali lagi dilihat, istana selalu di target.
Sekarang lihat yang menggerakan, sebelum penggalangan massa selalu di awali dengan penggalangan opini. Penggalanag opini nya massive sekali. Terukur, tertarget. Ini bukan kerja spontan, ini kerja terencana. Propaganda nya bisa di lihat jelas peta di sosmed, di media alternative lainnya.
Penggalangan opini yang di bangun adalah pendapat seragam. Yaitu propaganda menyamakan persepsi dulu yaitu memberikan “common value”nya adalah “al quran kita di hina”. Sebuah kata kunci yang tanpa lihat konten orang mudah terpengaruh hanya dari judul. Ini di viral. Tujuan awalnya satu, opini terbentuk.
Hanya satu opini yang harus terbentuk yaitu membuat orang berkata dalam hati kecilnya, iya ya..al guran kita di hina!!. Lalu menggunakan kata generalis : umat islam semua setuju al quran di hina, lalau kalimat : semua ulama setuju al quran di hina.
Kalimat generalis ini penting, karena begitu menggunakan seluruh alim ulama di pakai berulang ulang, maka mulai mengerakan opini massa akan pendapat yang sama.
Itu adalah step yang di bangun di awal propaganda. Lalu setelah bulat dan di angguk banyak, mulailah lah “mengarahkan” dengan kata kunci tadi , “semua ulama setuju” kita harus turun ke jalan menekan pemerintah menangkap ahok, mempidanakan ahok. Seklai lagi , Ini kata kuncinya yang dipakai diulang-ulang, semua alim ulama setuju!!!
Umat tergerak sekarang, membenarkan bahwa al quran di hina, membenarkan harus turun ke jalan, karena semua alim ulama, habaib, waliullah, mendukung dan setuju.
Peta itu kami tahu sekali, sudah jadi di mind map yang diciptakan dengan sengaja. Terutama netizen. Karena susuan data harus di buat perlahan dan step by step. Dan sudah di atur dengan rapih sejak awal.
Ini yang membuat kami harus berfikir keras di war chamber ini. apa yang harus dilakukan agar semua damai , itu saja, sederhana juga. Karena fanatisme mudah menyulut emosi.
Seorang senior yang duduk di samping saya sejak pagi memiringkan dirinya dan setengah berbisik, dia berkata, ini ideological warfare mas. Ini bisa buat Indonesia seperti suriah!!
Mendengar kalimat tersebut saya tidak berekspresi, tidak mengangguk tidak bergerak, diam menatap tembok yang penuh coretan. Dia melanjutkan, jalankan “hornet nest” mas!!
Saya tidak menatap dirinya ke kanan, saya terus ke depan dan menjawab, saya tidak berani pak!! Say atahu kekuatan mereka, mereka turun penuh kita tidak bisa kendalikan, chaos pak.
Kita harus berani jalankan hornet nest mas. Walau beresiko namun itulah survey yang paling akurat atas data terakhir mereka di lapangan. Dia menekankan pendapatnya
Berat pak, saya tidak berani! Bisa jadi loose cannon pak. Bola liar, istana ngerti ngak? Aparat ngerti ngak? Saya tetap bertahan.
Dia sekarang yang menurunkan nada suaranya, dia sangat senior, dalam dunia lemhanas dan intelegen dia merupakan manusia yang paling di hormati di tanah air ini. namanya tidak di kenal, orangnya kecil bahasanya santun, ibadahnya rajin dan anda tidak akan pernah tahu kalau melihat tampilannya yang sangat rendah hati ini, ternyata untuk NKRI ngak ada tawar menawar, bisa hati hitam untuk menegakan merah putih selalu tegak di nusantara ini.
Kamu bener mas. Mereka belum tentu siap!
Iya pak, saya lanjutkan, pendekatan aparat saat ini selalu pakai “enemy centric approach” dan bisa chaos kalau itu di pakai.
Tak lama kemudian, dia mengangkat tangannya untuk meminta perhatian seisi ruangan, yang kemudian ruangan di ambil alih olehnya yang dilanjtkan dnegan perkataannya : begini, kita sebaiknya jalankan hornet nest strategy, saya setuju sama ide mas sontoloyo ini. HAH, kata saya dalam hati, waduh, lempar tangan sembunyi batu ya, eh lempar batu sembunyi tangan nih dia. Yang dilanjutkan dengan sebuah spidol biru di lempar ke saya oleh seorang senior, yang berkata, coba di detailin rencananya mas.
Saya sambil berdiri berjalan ke depan menatap wajah senior kanan saya yang cengengesan dan menggerak tangan mempersilahkan saya ke board. Saya menarik nafas dalam, ini saya kena jurus “reverse psychology”nya..(cuuut..maaf break sebentar ya, mau sabu dulu , baca : sarapan bubur) # peace
Mardigu Wowiek: WAR ROOM
4/
5
Oleh
Mardigu Wowiek Prasantyo
1 komentar:
Mantul...
Reply